Bagaimana Respons Gen Z terhadap Kenaikan PPN 12 Persen di Indonesia?
Daftar Isi
Artikel ditulis oleh: Shabila Dina Azkiya
Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10% menjadi 12% pada tahun 2025 mendatang telah berhasil menarik perhatian masyarakat luas termasuk Gen Z. Generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 ini dikenal sebagai generasi native digital atau generasi yang tumbuh dalam era digital. Selain itu Gen Z juga dikenal sebagai generasi yang kritis serta adaptif dalam perubahan di sekitar mereka. Namun bagaimana sebenarnya mereka merespons kebijakan kenaikan PPN ini?
Kekhawatiran terhadap Kenaikan Biaya Hidup
Label “generasi sandwich” tentunya sudah tak asing lagi jika didengar. Tuntutan bagi mereka yang sedang meniti karir atau bahkan yang masih berstatus sebagai mahasiswa harus tetap memenuhi kebutuhan kelurganya di samping kebutuhan dirinya sendiri. Kondisi biaya hidup yang bahkan saat ini saja sudah sangat tinggi akibat inflasi kini semakin tak tertandingi dengan kenaikan PPN 12% ini. Banyak dari mereka yang mengandalkan usaha kecil atau sekedar kerja paruh waktu, kini menjadi lebih tertekan dengan adanya aturan baru ini. Mereka harus mengalokasikan dana yang lebih besar untuk kebutuhan sehari-hari seperti makanan, transportasi, atau bahkan layanan digital seperti pulsa dan kuota.
Kritik di Media Sosial
Bagi Gen Z, jejaring sosial bukan hanya saluran untuk berbagi momen pribadi tetapi juga platform untuk menyampaikan pendapat. Kenaikan PPN menjadi topik hangat yang banyak diperbincangkan di berbagai platform media sosial terutama platform X. Banyak dari mereka mempertanyakan keadilan di balik kebijakan tersebut, terutama mengingat dampak langsungnya terhadap kebutuhan sehari-hari dan layanan digital.
Bukan Gen Z namanya jika mengkritik tidak dengan cara yang unik. Melalui meme, video pendek, atau thread edukatif, Gen Z berusaha semaksimal mungkin untuk menuntut transparansi dari pemerintah terkait pengelolaan dana pajak. Dengan cara-cara kreatif ini, Gen Z terus berharap unutk menahan kenaikan PPN yang asalnya 11% menjadi 12%.
Demonstrasi Besar-besaran
Kalangan mahasiswa yang saat ini sebagian besarnya adalah Gen Z, tentu mendorong pemikiran kritis mereka untuk menyuarakan pendapatnya secara langsung. Aksi demo tolak kenaikan PPN 12 persen yang terjadi di Patung Kuda, Monas, Jakarta Pusat (27/12/24) berlangsung ricuh. Selain warna-warni jas almamater yang memenuhi area sekitar, aksi bakar ban dan saling dorong antara mahasiwa dan polisi pun turut mewarnai aksi demo.
Selain itu, demostrasi yang juga telah dilakukan pada (19/12/24) di depan Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat pun tak hanya diwarnai oleh elemen mahasiswa, tetapi aksi tuntutan juga dihadiri oleh segelintir Kpopers. Mereka semua membawa poster bertuliskan “Tolak PPN 12%” serta lightstick yang biasa merkea gunakan untuk mendukung para idolnya. Berbeda dengan aksi demo pada umunya, para demonstran tetap menghibur diri dengan menyanyikan lagu-lagu korea kesukaan mereka saat demo berlangsung sebagai penyemangat mereka untuk tetap berdiri memperjuangkan penolakan PPN 12%.
Penurunan Daya Beli dan Gaya Hidup
Sebagai generasi yang hidup di era modernisasi, kenaikan PPN ini memaksa mereka untuk mengubah kebiasaan yang konsumtif. Seperti nongkrong di kafe, atau sekedar membeli barang-barang kebutuhan tersier mereka yang nantinya akan semakin mahal. Beberapa cuitan dalam platform X juga dipenuhi dengan rasa frustrasi dan kekhawatiran, karena lagi-lagi Gen Z harus menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Setiap generasi tentunya memiliki ciri khas masing-masing, dan gaya hidup yang merupakan identitas Gen Z ini menjadi bagian yang sangat penting.
Kontribusi dalam Pengisian Petisi
Penolakan terhadap kenaikan PPN ini terus menggema. Saat ini, dominasi digitalisasi sudah merajai segala aspek. Kenaikan PPN ini memunculkan sebuah petisi berjudul “Pemerintah, Segera Batalkan Kenaikan PPN!” yang diinisiasi oleh Bareng Warga, kini telah didukung oleh 197.753 orang per tanggal 28 Desember 2024 pukul 13.00 WIB.
Namun demikian, kritik-kritik ini masih terus dilakukan dan diguncangkan oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Dengan semangat dan perjuangan yang dilakukan Gen Z dan lapisan masyarakat lainnya menunjukkan bahwa mereka peduli dan tidak takut untuk menyuarakan pendapat.
Gen Z melihat kebijakan ini sebagai tantangan, tapi di sisi lain sebagai peluang untuk membuktikan bahwa mereka bisa menjadi garda terdepan dalam penolakan berbagai macam kebijakan yang pemerintah lakukan. Kenaikan PPN 12% mungkin tampak memberatkan, tetapi respons Gen Z mengingatkan kita akan pentingnya kreativitas, solidaritas, dan kesadaran kritis dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Gabung ke saluran WhatsApp emhate.com untuk mendapatkan informasi lebih update. Klik link di bawah ini
Posting Komentar