Manajemen Pekerjaan dan Keluarga di Era Pandemi Covid-19

Daftar Isi

 

Ilustrasi pekerjaan. Foto: Pixabay.com

emhate.com - Covid-19 di Indonesia kurang lebih sudah memasuki dua tahun sejak pengumuman kasus pertama pada 2 Maret 2020. Pandemi membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada masyarakat. Kebijakan tersebut membuat beberapa kegiatan menjadi berubah dari semestinya, seperti berkurangnya jam operasional dan pengurangan kapasitas pada saat WFO. Dengan demikian, perlu adanya penyesuaian antara manajemen pekerjaan dengan keluarga di masa pandemi.

Pandemi Covid-19 merupakan faktor eksternal yang memengaruhi perubahan dalam keluarga.  Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar keluarga yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Keluarga harus mampu beradaptasi dengan perubahan sosial yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Pemerintah menerapkan new normal sebagai bentuk adaptasi dari pandemi Covid-19.

Rencana pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan new normal telah mempertimbangkan analisis pada studi epidemiologis dan kesiapan masing-masing wilayah. Bagaimana cara agar mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada? Pertama tentunya dengan menerima perubahan tersebut. Lalu, berpikir positif dan menetapkan cara yang baru agar keluarga dapat tetap dalam keadaan baik walaupun banyak terjadi perubahan.

Manajemen dalam keluarga sangatlah penting dalam kondisi pandemi seperti ini. Bahkan, pada saat kondisi normal pun manajemen keluarga benar-benar sangat penting untuk mencapai tujuan dalam suatu keluarga. Manajemen keluarga yang baik dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah komunikasi yang baik.

Dalam buku Dasar-Dasar Komunikasi yang ditulis oleh Djuara P. Lubis dkk disebutkan bahwa akar dari kata komunikasi adalah communication, dari kata dasar communis yang berarti kesamaan dalam suatu hal. Artinya, dalam komunikasi terdapat proses dimana orang-orang berbagi informasi. Ada empat aspek agar tercipta komunikasi yang baik, yaitu respek, jelas, empati, dan rendah hati.

Saat ini banyak keluarga di Indonesia dengan orang tua bekerja di luar rumah atau biasa disebut dengan work from office (WFO). Hal tersebut tentu saja menyebabkan suatu perbedaan pola komunikasi antara anak dengan orang tua yang sering di rumah atau yang jarang di rumah. Perbedaan pola komunikasi ini tentunya akan berakibat pada perbedaan permasalahan yang dialami oleh keluarga di era pandemi. Permasalahan komunikasi pada orang tua yang bekerja di luar rumah tentu saja sudah sering ditemukan di sekeliling kita. Hal ini bisa diatasi dengan bagaimana orang tua membagi waktunya antara keluarga dan pekerjaan. Saat berada di rumah, tentu saja orang tua harus fokus pada anak agar anak merasa diperhatikan oleh orang tuanya walaupun orang tuanya sibuk bekerja.

Pada keluarga dengan kedua orang tua bekerja, permasalahan yang terjadi selain komunikasi biasanya berkaitan dengan pembagian peran setiap anggota keluarga. Pada keluarga seperti ini, ibu tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga melainkan juga sebagai salah satu pencari nafkah bersama dengan ayah.

Hal tersebut tentunya dapat menyebabkan ibu mengalami beban ganda jika pembagian peran dan tugas di rumah tidak dilakukan secara adil. Untuk itu, pembagian peran antara ayah, ibu, dan anak-anaknya harus dibagi seadil mungkin dengan tetap memperhatikan porsinya masing-masing.

Manajemen pekerjaan dalam keluarga seharusnya berjalan dengan adil dan tidak membeda-bedakan antar anggota keluarga. Seorang suami atau ayah selain berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas untuk mencari nafkah juga harus mampu mengayomi anggota keluarganya serta membantu meringankan tugas istrinya di rumah, contohnya mengajak anaknya bermain atau membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Di sisi lain, seorang istri atau ibu selain berperan sebagai ibu rumah tangga juga dapat membantu suaminya mencari nafkah dan membantu suaminya memecahkan permasalahan yang dialami oleh keluarga. Selain ayah dan ibu, anak-anak juga dapat membantu mengerjakan pekerjaan rumah untuk meringankan tugas rumah tangga orang tuanya dengan catatan hal tersebut tidak mengganggu tugas utama mereka, yaitu belajar. Oleh karena itu, dengan adanya rasa saling tolong menolong antar anggota keluarga maka pekerjaan akan semakin ringan dan keluarga dapat semakin harmonis.

Pembagian waktu antara pekerjaan dan keluarga juga merupakan masalah yang harus diselesaikan. Anak terkadang merasa bahwa mereka tidak diperhatikan dan tidak diberi kasih sayang jika melihat orang tuanya sibuk bekerja baik di luar rumah maupun di dalam rumah. Selain anak, pembagian waktu juga dapat menyebabkan konflik antar suami-istri. Kurangnya waktu bersama keluarga dapat menyebabkan stres pada anggota keluarga. Stres pada orang tua dapat membuat hubungan antara orang tua dengan anak serta perilaku anak memburuk.

Pembagian pekerjaan rumah tangga memang tidak berbayar dan juga tidak merata selama pandemi. Sebanyak 50 persen perempuan menghabiskan waktu 3-5 jam untuk melakukan pekerjaan domestik, sementara mayoritas laki-laki hanya menghabiskan waktu 0-2 jam untuk melakukan pekerjaan domestik. Sebagian besar keluarga juga masih melakukan pembagian tugas rumah tangga secara tradisional. Hal ini yang mendorong Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kemen PPPA, Vennetia R Danes, membuat berbagai kebijakan, program, dan kegiatan untuk melindungi perempuan dan anak dari pandemi Covid-19.

Dalam satu keluarga tidak mungkin terhindar dari masalah. Komunikasi dan kerja sama antaranggota keluarga yang baik tidak hanya mempermudah penyelesaian tugas, tetapi juga menumbuhkan rasa saling pengertian, saling tolong menolong yang merupakan sikap penting untuk dimiliki oleh sebuah keluarga. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1994 menyebutkan terdapat 8 fungsi dalam keluarga, yaitu fungsi keagamaan, sosial-budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, serta pembinaan lingkungan. Keluarga yang dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal diharapkan dapat menjalankan peran dengan sebaik-baiknya.

Manajemen pekerjaan dan keluarga memengaruhi kehidupan keluarga, terutama di era pandemi ini. Suami dan istri yang bekerja diharapkan mempertimbangkan beberapa hal yang tentunya juga tidak mengesampingkan kewajibannya di dalam rumah. Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan peran pekerjaan dan rumah tangga dalam rangka menciptakan keharmonisan dalam keluarga.

Untuk itu, beberapa hal yang dapat dilakukan agar keluarga menjalankan fungsinya dengan baik antara lain keluarga harus mengatur pembagian waktu sebaik mungkin, mengkomunikasikan atau membagi masalah dengan anggota keluarga lain, serta membuat pembagian kerja yang adil antar anggota keluarga. Manajemen pekerjaan dan keluarga yang baik akan memberikan banyak manfaat yang akan semakin mengeratkan hubungan dalam keluarga sekaligus memberi kemudahan dalam menjalankan pekerjaan.

Penulis:

Giovanni Rahma, Indah Apriyanti Devi, Hany Dwi Wahyuni, Hasnaninda Danastri M, dan Hana Nabilah Nasution

Dosen:

Dr. Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si
Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA
Dr. Ir. Istiqlaliyah, M.Si
Ir. MD. Djamaluddin, M.Sc
Dr. Irni Rahmayani Johan, SP, MM

 

emhate.com
emhate.com Menulis Tanpa Henti

Posting Komentar