Dianggap Kurir #66
Ilustrasi. (Pixabay.com) |
Cerita bermula ketika saya hendak mengambil merchandise Fakultas Ekologi Manusia. Sebelumnya saya sudah mengontak penanggung jawabnya. Saya diarahkan untuk menuju ke satu rumah untuk mengambil merchandise itu.
Saya berangkat dengan motor Grand. Bersayap putih dengan bodi warna hitam. Saya mengenakan rompi MHTnesia Center. Ditambah tas soren yang sering saya kenakan.
"Mau ambil merchandise FEMA," kata saya.
"Oh paket ya?" ujar dia.
Heran ditambah bingung. Namun, mengiyakan saja sambil dipikir-pikir ulang. Khawatir salah tangkap.
Eh ternyata benar. Apa yang saya khawatirkan itu terjadi. Saya malah dikasih satu karung.
"Ini semuanya," kata pemberi merchandise itu.
"Maaf kak, saya hanya mengambil yang Muhamad Husni Tamami aja. Saya mahasiswa," terang saya diperjelas.
Akhirnya setelah mendengar kata 'mahasiswa' dia baru sadar.
"56 ya?"
"Iya," jawab saya lagi.
Setelah drama yang cukup singkat itu akhirnya berakhir juga. Saya sudah mendapatkan merchandise itu.
Baru-baru ini saya memang punya kepikiran. Membuat layanan kurir hanya untuk wilayah lokal. Layanan kurir itu memiliki tagline 'Sehari Sampai'.
Fokusnya hanya wilayah terdekat saja. Saya yakin bahwa kebutuhan pengiriman barang itu akan selalu ada. Untuk jarak dekat terkadang membutuhkan waktu yang cepat. Kalau menggunakan jasa kurir yang sudah terkenal, rasanya perlu menunggu. Paling cepat 1 hari. Sementara layanan ini satu hari pun sampai. Bisa saja cuman beberapa menit atau beberapa jam.
Rencananya saya buat brand dengan nama 'Ibarat Kurir'. Melayani jasa pengiriman lokal. Namun, setelah melihat perizinannya, ternyata cukup banyak. Semoga saja ini bisa terealisasikan. Saya akan menjalani hari-hari dengan semaksimal mungkin dan membuatnya menjadi hari yang terbaik dari hari kemarin. Begitu pun hari esok, harus lebih baik dari hari ini. (MHT)
Bogor, 16 Februari 2021
Posting Komentar