Menerbitkan Buku Itu Mudah #11

Daftar Isi

 


Sebagian orang menerbitkan buku adalah suatu impian yang diidam-idamkan. Tidak sedikit orang yang ingin namanya terpampang dalam cover buku sebagai penulis. Tidak sedikit orang juga menjadikan karya bukunya sebagai personal branding. Dengan menerbitkan buku dapat membuat seseorang memiliki value berbeda dengan yang lainnya. Pertanyaanya, bagaimana menerbitkan buku itu? Sulitkah?

 

Pertanyaan bagaiamana tersebut akan kita kupas satu persatu. Sementara jika ditanya sulit atau tidak sebetulnya menerbitkan buku itu adalah hal yang mudah. Orang yang sudah pernah menerbitkan buku ada kemungkinan lebih besar ingin menerbitkan lagi.

 

Sebelum mengupas bagaimana cara menerbitkan buku, kita harus tahu dulu jenis-jenis penerbit buku. Dilansir dari dari yukkata.com, ada 3 jenis penerbit buku, yaitu mayor, indie, dan vanity.

 

 

Penerbit Mayor

 

Gramedia adalah salah satu contoh penerbit mayor. Sistem penyeleksian naskahnya sangat ketat. Penulis yang mengirimkan naskah ke penerbit mayor mesti menunggu 2-3 bulan. Ada beberapa juga yang menunggunya cepat, tergantung penerbitnya.

 

Beberapa penerbit ada yang menginformasikan jika naskah penulis itu sesuai atau tidak sesuai dengan kriterianya. Ada juga yang tidak. Bagi yang sudah menunggu hingga 6 bulan lebih, bisa coba ke penerbit lain untuk diterbitkan. Bisa jadi penerbit itu memang tidak menginformasikan kepada pengirim naskahnya.

 

Menurut beberapa orang yang pernah sharingdengan saya, selain dari naskah, penerbit mayor juga akan melihat latar belakang penulisnya. Mulai dari jaringannya, posisi di lingkungan sosialnya, dan latar belakang lainnya. Hal ini akan mendukung proses pemasaran buku. Penulis yang sudah terkenal di seluruh pelosok negeri biasanya mudah untuk tembus di penerbit mayor. Bagi penulis pemula jangan khawatir, bisa dicoba dulu. Tidak menutup kemungkinan penulis pemula bisa lebih terkenal.

 

Banyak keuntungan yang didapatkan dari penerbit mayor. Kita tidak perlu memiliki modal besar, bahkan tidak perlu memiliki modal untuk menerbitkan buku. Memiliki naskah berkualitas dan sesuai kriteria penerbit mayor saja sudah bisa diterbitkan bukunya.

 

Selain itu, nama kita sebagai penulis buku tersebut juga bisa dikenal oleh para pembaca. Kita juga akan lebih percaya diri ketika mem-brandingdiri sebagai penulis. Tak hanya itu, penerbit mayor juga dapat menjadi peluang besar pada buku kita sebagai best seller.

 

 

Penerbit Indie

 

Jika sudah berusaha ke penerbit mayor namun belum rezekinya, tenang dan jangan khawatir. Alternatif lain bisa diterbitkan di penerbit indie.

 

Penerbit indie atau juga dikenal self publishing memudahkan penulis untuk menerbitkan buku. Penerbit ini sangat berbeda dengan penerbit mayor. Namun, peluang diterbitkannya sangat besar.

 

Dalam penerbitannya, penerbit indie cenderung lebih cepat. Kita tidak harus menunggu berbulan-bulan seperti penerbit mayor. Pemesanannya pun disesuaikan dengan keinginan kita sebagai penulis. Hanya saja kita harus memiliki modal untuk menerbitkan bukunya. Pemasarannya juga kita mandiri. Walau ada beberapa yang dibantu penerbit.

 

Tapi jangan khawatir, selama kita ada niat pasti ada jalan terbaiknya. Intinya semangat dalam menuliskannya hingga bisa diterbitkan walaupun di penerbit indie.

 

Penerbit indie tidak menutup kemungkinan menjadikan buku kita sebagai best seller. Selama kita bisa memasarkannya, kategori best seller dapat kita raih.

 

 

Penerbit Vanity

 

Penerbit jenis ini jujur baru-baru ini saya mendengarnya. Kalau dilihat dari definisinya, penerbit vanity memiliki kesamaan di dua jenis penerbit yang telah disebutkan sebelumnya. Menerbitkannya berbayar (beberapa penerbit ada yang gratis), tapi fasilitas tak kalah dari penerbit mayor.

 

Dari segi badan penerbit, penerbit vanity memang seperti penerbit mayor. Penerbit ini mengelola segala keperluan proses penerbitan, hanya saja fasilitas yang diberikan mesti dibayar penulis sesuai harga yang ditentukan.

 

Saya alhamdulillah beberapa bulan ke belakang diberikan kesempatan untuk menerbitkan buku. Buku yang sudah terbit ada dua, satu antologi dan satu lagi buku motivasi. Pertengahan Oktober kemarin juga saya sudah menyelesaikan naskah yang merupakan hasil kolaborasi bersama beberapa mahasiswa tingkat 2 di IPB University. Selain itu, sekarang juga sedang menyusun karya jurnalis yang terkumpul sejak 2018. Semoga dalam waktu dekat ini segera terbit. Kalau terbit saya akan tuliskan tentunya.

Kembali lagi pada topik utama. Bagaimana cara menerbitkan buku itu? Setelah kita mengetahui jenis-jenis penerbit buku, selanjutnya kita mulai kupas cara-cara agar buku kita terbit.

 

Jujur saja, awalnya saya pikir menerbitkan buku di usia muda saat ini adalah sesuatu yang mustahil. Saya ingin menerbitkan buku sejak SMP kelas 8. Terwujudnya baru sekarang, alhamdulillah. Menerbitkan buku adalah suatu kenikmatan yang besar dalam kehidupan saya.

 

Berikut ini beberapa cara ala MHT dalam menerbitkan buku.

 

 

Niat

 

Saya menulis buku diawali dengan niat yang kuat. Dengan niat membuat kita memiliki motivasi dan fokus tinggi untuk menerbitkan buku. Beberapa waktu saya luangkan untuk menulis. Walau kadang ada saja gangguannya. It's okay, itu adalah tantangan yang harus kita hadapi sebagai penulis.

 

 

Konsisten

 

Selain niat, hal yang perlu kita miliki juga adalah konsistensi dalam menulis buku. Ini penting sekali, karena kalau kita tidak konsisten, menerbitkan buku hanya sebatas impian saja. Tidak lebih dari itu.

 

 

Kerangka Tulisan

 

Membuat kerangka juga tidak kalah penting dalam proses menulis buku. Kerangka tulisan atau juga disebut sebagai outlineakan memudahkan arah kita dalam menulis buku. Kita akan memiliki batasan-batasan tertentu selama menulis sehingga memudahkan kita untuk merampungkan tulisannya.

 

 

 

Hindari Pengeditan Sebelum Rampung

 

Terkadang kita selalu ingin mengedit atau mengecek tulisan yang sudah dibuat ketika posisi kita masih menulis. Misalnya, kita baru menulis dua paragraf setengah, kemudian kita kembali ke awal, mengecek dan mengedit kata yang typo. Kalau kata guru saya, Pak Oleh Ruhyana, kegiatan seperti ini harus kita hindari karena akan membuat tulisan kita tidak akan pernah selesai. Lebih baik tuliskan saja dulu hingga selesai -misal selesai satu topik- baru kita edit dan cek lagi dari awal.

 

 

Menulis = Membaca

 

Menulis adalah membaca mengartikan bahwa setelah kita merampungkan tulisannya kita baca ulang dari awal hingga akhir. Kalau ada kata atau kalimat yang sekiranya kurang sesuai, kita bisa rubah. Jangan pernah bosan membaca tulisan kita. Bila perlu baca ulang sampai membuat kita yakin.

 

 

Meminta Orang Terdekat untuk Membaca

 

Langkah selanjutnya kita bisa meminta orang terdekat untuk membaca hasil tulisan kita. Minta saran dari pandangan pembaca. Kadang penilaian kita belum tentu sama dengan penilaian pembaca. Namun, jika yakin tulisan kita akan disukai oleh pembaca, silakan saja untuk langsung dikirim ke penerbit.

 

 

Kirim ke Penerbit

 

Naskah yang sudah rampung, sudah ada judul, kata pengantar, isi naskah, tentang penulis, dan lain sebagainya sesuai kebutuhan buku, baru kita kirimkan ke penerbit buku. Ada tiga opsi seperti yang sudah dijelaskan di awal. Kita bisa ke penerbit mayor, indie, atau vanity. Sebagai rekomendasi penerbit, silakan bisa dikirimkan naskahnya ke Guepedia, Farha Pustaka, atau Galibi.id.

 

Setelah dikirim, tinggal tunggu saja. Jangan lupa untuk konfirmasi kepada penerbitnya agar kita dapat mengetahui naskah kita sudah masuk atau belum. Selamat menerbitkan buku.

 

Itulah cara-cara dalam menerbitkan buku. Mudah bukan? Kalau ingin tanya-tanya lebih lanjut silakan kontak penulisnya di sini dengan menyebutkan nama dan asalnya. Bagi yang memiliki tips atau cara lain silakan tulis di komentar. Oh iya, tulisan ini adalah salah satu pertanyaan dari sahabat MHT tentang bagaimana tahapan menulis buku hingga bisa diterbitkan


 

emhate.com
emhate.com Menulis Tanpa Henti

Posting Komentar